Tahun Baru Imlek terlah tiba. Wajah riang anak-anak terlihat diantara ramainya warna merah yang memberi kesan kuat pada rumah-rumah warga Tionghoa.
Perayaan Imlek yang dirayakan oleh berbagai bangsa (China, Jepang, Korea, Vietnam, dan lainnya) selama berabad-abad menyediakan makna spiritual yang amat kaya bagi mereka yang memahaminya, bahkan mampu berperan dalam menyatukan mereka dalam semangat hidup yang sama.
Mengingat Imlek bukan perayaan keagamaan, maka "makna spiritual" perayaan Imlek tidak pertama-tama digali dalam ajaran agama tertentu. Semula, Imlek merupakan perayaan petani. Makna spiritual Imlek perlu digali dari pengalaman kehidupan dan dunia makna yang berkembang di antara kaum petani. Dalam perjalanan waktu, Imlek juga dirayakan oleh masyarakat yang bukan dari golongan petani. Karena itu, tidaklah mencukupi pemaknaan spiritual Imlek hanya dibatasi dari dunia pertanian.
Baca Juga: Imlek Punya Makna dalam Kekristenan?
Beberapa makna spiritual yang pantas dikedepankan, antara lain:
Pertama, kasih sebagai faktor pemersatu kehidupan. Imlek memperlihatkan pengalaman perjumpaan para petani dengan realitas kehidupan yang ada di sekitarnya. Bagi petani, realitas di dunia ini disatukan, disemangati, ditumbuhkan oleh kasih. Karena itu, mereka menemukan dan menggunakan berbagai macam barang, tanaman, atau binatang yang ada di lingkungan mereka untuk menunjukkan pengalaman kasih yang menghidupkan itu.
Mereka mengungkapkan harapan kehidupan yang lebih berkualitas dengan menggunakan obyek-obyek itu. Misalnya, ikan dipandang sebagai lambang kelimpahan berkat kasih yang menghidupkan. Dengan memasang gambar ikan atau memakan ikan, mereka mengharap datangnya kelimpahan itu.
Kedua, Imlek merupakan perayaan pengalaman kasih yang membahagiakan dan berbagi kepada sesama. Bagi petani, kasih yang membahagiakan itu mereka terima dari kemurahan alam yang dianugrakan Tuhan.
Karena itu, mereka pun harus belajar bermurah hati kepada sesama. Kasih yang membahagiakan itu layak untuk dinikmati dalam kebersamaan dengan yang lain, dalam semangat solider kepada sesama, terutama yang lemah, miskin, dan papa.
Warna dasar perayaan Imlek adalah merah, yang berarti kebahagiaan dan semangat hidup. Sebagaimana darah dalam nadi, pengalaman hidup yang penuh semangat dan membahagiakan itu harus mengalir dan meresapi berbagai bagian tubuh untuk kehidupan yang lebih baik.
Dalam perayaan Imlek, dibagikan kepada anak-anak, orang-orang miskin, sederhana, dan papa, hal-hal yang dapat membahagiakan mereka: uang, makanan, hadiah, atau berbagai bentuk bantuan lain. Dengan berbagi kebahagiaan, kasih yang berlimpah itu diharapkan dapat semakin merasuki berbagai sektor kehidupan mereka dan akhirnya akan memberikan kebahagiaan lebih besar lagi.
Baca Juga: Mengenal 4 Tradisi Unik Keluarga Tionghoa Saat Rayakan Imlek
Ketiga, pengalaman kasih dimulai di keluarga. Inti kasih itu tidak terletak dalam banyaknya kata-kata, tetapi dalam tindakan untuk saling memberikan diri kepada subyek yang dikasihi. Kemampuan mengasihi seperti ini disadari oleh para petani dan non petani, berawal di dalam keluarga. Pusat perayaan Imlek terletak pada kesediaan seluruh anggota keluarga untuk berkumpul bersama, meninggalkan kepentingan diri, dan berbagi pengalaman kasih dalam keluarga.
Puncak perayaan itu diungkapkan dengan kesediaan makan bersama, saling menghormati, bercerita pengalaman hidup yang membahagiakan, mengampuni, berbagi rezeki, menyampaikan salam berupa doa atau harapan untuk hidup lebih baik, dan sebagainya.
Keempat, Imlek adalah perayaan kebebasan yang inklusif. Kesederhanaan alam pikiran petani tidak banyak memberi tempat pada rumitnya aturan yang harus ditaati. Pada dasarnya Imlek tidak memiliki aturan baku. Seandainya ada, peraturan itu amat umum, tidak menyertakan hukuman bagi pelanggarnya. Dengan demikian, dunia tidak mengenal adanya model tunggal perayaan Imlek.
Setiap pribadi, keluarga, atau kelompok masyarakat apa pun, diizinkan merayakan Imlek dengan segala kemampuan, keterbatasan, latar belakang, simbol, dan sistem pemaknaan masing-masing. Kebebasan seperti ini menjadikan Imlek perayaan yang inklusif karena tidak mengeliminasi siapa pun untuk tidak diizinkan merayakannya. Gong Xi Fa Cai, Selamat Tahun Baru Imlek.
Sumber : Blog ICCSG/VM